Headlines News :

Trending Topic

Written By abah lc on Saturday, July 16, 2016 | 1:32 AM

Lumpuh 4 Jam, Jalur Kereta Cirebon-Purwokerto

Written By abah lc on Sunday, March 4, 2012 | 12:31 AM

BREBES - Perjalanan Kereta Api (KA) di jalur Cirebon-Purwokerto lumpuh selama 4 jam, setelah salah satu rangkaian gerbong Ka Senja Utama dari Yogyakarta menuju Jakarta anjlok di wilayah Talok Kecamatan Bumiayu, Brebes, Sabtu (3/3) pukul 22.30.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun demikian, sejumlah perjalanan Ka tertahan di beberapa stasiun. Kereta kelas bisnis itu mulai anjlok saat melewati Stasiun Bumiayu. Namun demikian kereta terus melaju sebelumnya akhirnya berhenti di kilometer 311 atau sekitar 1 kilometer dari Stasiun Bumiayu.

Sebelum kereta itu anjlok, sejumlah pedagang di Stasiun Bumiayu mengaku melihat percikan api dibawah gerbong. Mardi (35) penumpang di gerbong 3, menyatakan selain merasakan guncangan, gerbong juga dipenuhi asap. "Seluruh penumpang panik. Tapi Syukur alhamdulillah semua selamat," kata dia.

Menyusul kejadian itu, PT KAI DAOP V Purwokerto langsung melakukan penanganan. Proses evakuasi gerbong yang anjlok cukup memakan waktu lama karena harus menunggu peralatan yang didatangkan dari Purwokerto. Sejumlah aparat kepolisian yang dipimpin langsung Kapolsek Bumiayu AKP Sukoyo juga terlihat guna mengamankan lokasi kejadian. Perjalanan kereta kembali normal setelah proses evakuasi selesai pukul 02.30 (Minggu, 4/3).

Humas PT DAOP V Surono menjelaskan kereta mengalami anjlok setelah as depan pada gerbong ke tiga bergeser. "Seluruh penumpang selamat," tegasnya.

Adapun mengenai penyebab kejadian, menurutnya masih dalam penyelidikan. Diakui, kejadian tersebut mengakibatkan sejumlah perjalanan kereta lainnya tertahan. Diantaranya, Ka Bengawan tertahan di Stasiun Kretek, Ka Kutojaya dan Ka Senja Utama Solo tertahan di Stasiun Patuguran.

Sedangkan Ka Taksaka dan Bima tertahan di Stasiun Purwokerto. Surono juga memastikan jalur tersebut aman dilintasi kereta "Memang ada bagian rel yang rusak, tapi itu sudah ditangani," imbuhnya.

Read more: http://koranwawasan. blogspot. com/

asal usul purbalingga

Written By abah lc on Friday, March 2, 2012 | 11:29 AM

Sebuah nama yang pasti tidak akan tertinggal ketika membicarakan sejarah Purbalingga adalah Kyai Arsantaka, seorang tokoh yang menurut sejarah menurunkan tokoh-tokoh Bupati Purbalingga.Kyai Arsantaka yang pada masa mudanya bernama Kyai Arsakusuma adalah putra dari Bupati Onje II. Sesudah dewasa diceritakan bahwa kyai Arsakusuma meninggalkan Kadipaten Onje untuk berkelana ke arah timur dan sesampainya di desa Masaran (Sekarang di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara) diambil anak angkat oleh Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.
Pada tahun 1740 – 1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (sekarang termasuk wilayah desa Masaran), suatu wilayah yang masih berada dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I. Banyak riwayat yang menceritakan tenang heroisme dari Kyai Arsantaka antara lain ketika terjadi perang Jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II dikarenakan Pangeran mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap kompeni Belanda.
Dalam perang jenar ini, Kyai Arsantaka berada didalam pasukan kadipaten Banyumas yang membela Paku Buwono. Dikarenakan jasa dari Kyai Arsantaka kepada Kadipaten Banyumas pada perang Jenar, maka Adipati banyumas R. Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Kyai Arsantaka yang bernama Kyai Arsayuda menjadi menantu. Seiring dengan berjalannya waktu, maka putra Kyai Arsantaka yakni Kyai Arsayuda menjadi Tumenggung Karangwelas dan bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III.
Masa masa pemerintahan Kyai Arsayuda dan atas saran dari ayahnya yakni Kyai Arsantaka yang bertindak sebagai penasihat, maka pusat pemerintahan dipiindah dari Karanglewas ke desa Purbalingga yang diikuti dengan pembangunan pendapa Kabupaten dan alun-alun. Nama Purbalingga ini bisa kita dapati didalam kisah-kisah babad. Adapun Kitab babad yang berkaitan dan menyebut Purbalingga diantaranya adalah Babad Onje, Babad Purbalingga, Babad Banyumas dan Babad Jambukarang. Selain dengan empat buah kitap babat tsb, maka dalam merekonstruksi sejarah Purbalingga, juga melihat arsip-arsip peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang tersimpan dalam koleksi Aarsip Nasional Republik Indonesia.Berdasarkan sumber-sumber diatas, maka melalui Peraturan daerah (perda) No. 15 Tahun 1996 tanggal 19 Nopember 1996, ditetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Purbalingga adalah 18 Desember 1830 atau 3 Rajab 1246 Hijriah atau 3 Rajab 1758 Je.

Peninggalan Sejarah

Selain kekayaan budaya dan beberapa macam upacara tradisional, di Purbalingga terdapat berbagai peninggalan sejarah purbakala. Benda- benda purbakala tersebut tersebar di wilayah Purbalingga, antara lain :
  • Batu Lingga
    Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga, merupakan penginggalan nenek moyang.
  • Gua Genteng
    Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga. Gua ini letaknya di lereng bukit terbentuk dari lelehan lava yang membeku, gua ini kadang-kadang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bersemedi.
  • Giri Cendana
    Berada di desa Kojongan kecamatan Bojongsari + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan makam Bupati Purbalingga yang bergelar Adipati Dipokusumo, Adipati Dipokusumo ini memegang tapuk pimpinan pemerintahan Kabupaten Purbalingga, yaitu Dipokusumo II,III, IV, V dan VI, sedangkan adipati yang pertama adalah Raden Tumenggung Dipayuda III, yang mulai memerintah pada saat ditetapkannya KabupatenPurbalingga pada tanggal 18 Desember 18830.
  • Gombangan
    Berada di Dukuh Brubahan Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari + 5 km ke utara dari arah kota purbalingga. Merupakan tempat mandi yang berupa sumber mata air dan ramai dikunjungi pada malam hari, terutama pada malam jum?at kliwon. Menurut kepercayaan masyarakat, mata air tersebut dapat memberikan tuah bagi yang mandi ditempat ini dan konon awet muda, dapat mendapatkan jodoh dan naik derajat.
  • Sendang / Petirtaan
    Berada di desa Semingkir, Kecamatan Kutasari + 7 km dari kota Purbalingga. Sendang ini konon dapat memberikan tuah bagi yang mempercayainya. Di kunjungi pada malam malam tertentu.6. MAKAM KYAI WILAH Berada di desa Karangsari kecamatan Kalimanah + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan tokoh beragama islam yang cukup berpengaruh. Tempat ini sering dikunjungi orang-orang yang ingin mendoakan dan mengharap berkah dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
  • Batu Lingga, Yoni dan Palus
    Berada di Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon + 14 km dari kota Purbalingga. Merupakan peninggalan pada masa hindu.
  • Makam Narasoma
    Berada di kelurahan Purbalingga Lor kecamatan Purbalingga9. ARDI LAWET Berada di Desa Panusupan Kecamatan Rembang + 30 km dari kota Purbalingga. Merupakan obyek wisata ziarah, karena sebagian besar pengunjungnya adalah para peziarah yang menginginkan berkah dari syekh Jambu Karang, seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Kab. Purbalingga. Di tempat ini terdapat kuku dan rambut Syekh Jambu Karang yang dikeramatkan. Hari-hari ramai adalah Rabu Pon, karena menjelang malam Jum?at kliwon atau Kamis Wage diadakan upacara buku klambu dan yang paling ramai dikunjungi adalah Rabu Pon Bulan Suro. Untuk mencapai lokasi ke Ardi Lawet dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu : Purbalingga – Bobotsari – Karanganyar – Karangmoncol – Rajawana – Panusupan – Ardi Lawet, atau Purbalingga – Kaligondang – Pengadegan – Rembang – Rajawana – Panusupan – Ardilawet

Sumber: http://pur balinggakab .go.id

SEJARAH KEBUMEN

Seperti halnya Daerah-daerah di Indonesia yang mempunyai latar belakang kultur budaya dan sejarah yang berbeda-beda, Kabupetan Kabumen memiliki sejarah tersendiri yaitu berdiri Kabupaten Kebumen dimana maksud yang dikandung untuk memberikan rasa bangga dan memiliki bagi warga masyarakat Kabupaten Kebumen yang selanjutnya dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada sehingga dapat memajukan pembangunan di segala bidang .

Sejarah awal mulanya adanya Kebumen tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Mataram Islam. Hal ini disebabkan adanya beberapa keterkaitan peristiwa yang ada dan dialami Mataram membawa pengaruh bagi terbentuknya Kebumen yang masih didalam lingkup kerajaan Mataram. Di dalam Struktur kekuasaan Mataram lokasi kebumen termasuk di daerah Manca Negara Kulon ( wilayah Kademangan Karanglo ) dan masih dibawah Mataram.

Berdasarkan Perda Kab. Kebumen nomor 1 tahun 1990 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten kebumen dan beberapa sumber lainnya dapat diketahui latar belakang berdirinya Kabupaten kebumen antara lain ada beberapa versi yaitu :

Versi I

Versi Pertama asal mula lahirnya Kebumen dilacak dari berdirinya Panjer . Menurut sejarahnya menurut sejarahnya, Panjer berasal dari tokoh yang bernama Ki Bagus Bodronolo.Pada waktu Sultan Agung menyerbu ke Batavia ia membantu menjadi prajurit menjadi pengawal pangan dan kemudian diangkat menjadi senopati. Ketika Panjer dijadikan menjadi kabupaten dengan bupatinya Ki Suwarno( dari Mataram ), Ki Bodronolo diangkat menjadi Ki Gede di Panjer Lembah ( Panjer Roma ) dengan gelar Ki Gede Panjer Roma I, Pengangakatan tersebut berkat jasanya menangkal serangan Belanda yang akan mendarat di Pantai Petanahan sedangkan anaknya Ki Kertosuto sebagai patihnya Bupati Suwarno.Demang Panjer Gunung, Adiknya Ki Hastrosuto membantu ayahnya di Panjer Roma, kemudian menyerahkan jabatannya kepada Ki Hastrosuto dan bergelar Ki Panjer Roma II. Tokoh ini sangat berjasa karena memberi tanah kepada Pangeran Bumidirja. yang terletak di utara Kelokan sungai Lukulo dan kemudian dijadikan padepokan yang amat terkenal. Kedatangan Kyai P Bumidirja menyebabkan kekhawatiran dan prasangka, maka dari itu beliau menyingkir ke desa Lundong sedang Ki panjer Roma II bersama Tumenggung Wongsonegoro Panjer gunung menghindar dari kejaran pihak Mataram. Sedangkan Ki Kertowongso dipaksa untuk taat kepada Mataram dan diserahi Penguasa dua Panjer, sebagai Ki Gede Panjer III yang kemudian bergelar Tumenggung Kolopaking I ( karena berjasa memberi kelapa aking pada Sunan Amangkurat I ). dari Veri I dapat disimpulkan bahwa lahirnya Kebumen mulai dari Panjer yaitu tanggal 26 Juni 1677.

Versi II

Sejarah Kabupaten Kebumen dimulai sejak Tumenggung Arung Binang I yang masa mudanya bernama JAKA SANGKRIP yang berdarah Mataram dan dititipkan kepada pamannya Demang Kutawinangun. Setelah dewasa lalu mencari ayahnya ke keraton Mataram dan setelah membuktikan keturunan Raja maka ia diangkat menjadi Mantri Gladag, kemudian sampai Bupati Nayaka dengan Gelar Hanggawangsa. setelah diambil menantu oleh Patih Surakarta kemudian diangkat menjadi Tumenggung Arung Binang I sampai dengan keturunannya yang Ke III sedangkan Arung Binang IV sampai ke VIII secara resmi menjadi Bupati Kebumen.

Versi III

Asal mula nama Kebumen adalah adanya tokoh KYAI. PANGERAN BUMIDIRJA. Beliau adalah bangsawan ulama dari Mataram, adik Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Ia dikenal sebagai penasihat raja, yang berani menyampaikan apa yang benar itu benar dan apa yang salah itu salah. Kyai P Bumidirjo sering memperingatkan raja bila sudah melanggar batas-batas keadilan dan kebenaran. Ia berpegang pada prinsip : agar raja adil dan bijaksana. Disamping itu juga ia sangat kasih dan sayang kepada rakyat kecil. Kyai P Bumidirjo memberanikan diri memperingatkan keponakannya, yaitu Sunan Amangkurat I. Karena sunan ini sudah melanggar paugeran keadilan dan bertindak keras dan kejam. Bahkan berkompromi dengan VOC (Belanda) dan memusuhi bangsawan ,ulama dan rakyatnya. Peringatan tersebut membuat kemarahan Sunan Amangkurat I dan direncanakan akan dibunuh, Karena menghalangi hukum qishos terhadap Kyai P Pekik dan keluarganya ( mertuanya sendiri ).

Untuk menghadapi hal itu, Kyai P Bumidirjo lebih baik pergi meloloskan diri dari kungkungan sunan Amangkurat I. Dalam perjalanan ia tidak memakai nama bangsawan , namun memakai nama Kyai Bumi saja.

Kyai P Bumidirjo sampai ke Panjer dan mendapat hadiah tanah di sebelah utara kelok sungai Lukulo , pada tahun 1670. Pada tahun itu juga dibangun padepokan/pondok yang kemudian dikenal dengan nama daerah Ki bumi atau Ki-Bumi-An, menjadi KEBUMEN.

Oleh karena itu bila lahirnya Kebumen diambil dari segi nama, maka versi Kyai Bumidirjo yang dapat dipakai dan mengingat latar belakang peristiwanya tanggal 26 Juni 1677.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah bahwa Kebumen berasal dari kata Bumi, nama sebutan bagi P Kyai Bumidirjo , mendapat awalan Ke dan akhiran an yang menyatakan tempat.

Hal itu berarti Kabumen mula mula adalah tempat tinggal P Bumidirjo.

Di dalam perjalanan sejarah Indonesia pada saat dipegang Pemerintah Hindia Belanda telah terjadi pasang surut dalam pengadaan dan pelaksanaan belanja negara , keadaan demikian memuncak sampai klimaksnya sekitar tahun 1930. Salah satu perwujudan pengetatan anggaran belanja negara itu adalah penyederhanaan tata pemerintahan dengan penggabungan daerah-daerah Kabupaten (regentschaap) . Demikian pula halnya dengan Kabupaten Karanganyar dan Kebupaten Kebumen telah mengalami penggabungan menjadi satu daerah Kabupaten menjadi Kabupaten Kebumen. Surat keputusan tentang penggabungan kedua daerah ini tercatat dalam lembaran negara Hindia Belanda tahun 1935 nomor 629. Dengan ditetapkannya Surat Keputusan tersebut maka Surat Keputusan terdahulu tanggal 21 juli 1929 nomor 253 artikel nomor 121 yang berisi penetapan daerah kabupaten Kebumen dinyatakan dicabut atau tidak berlaku lagi. Ketetapan baru tersebut telah mendapat persetujuan Majelis Hindia Belanda dan Perwakilan Rakyat (Volksraad).

Sebagai akibat ditetapkannya Surat Keputusan tersebut maka luas wilayah Kabupaten Kebumen yang baru yaitu : Kutowingun , Ambal , Karanganyar dan Kebumen. Dengan demikian Surat Keputusan Gubernur Jendral De Jonge Nomor 3 tertanggal 31 Desember 1935 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 1936 dan sampai saat ini tidak berubah .Sampai sekarang Kabupaten Kebumen telah memiliki Tumenggung/Adipati/Bupati sudah sampai 29 kali.

KI BAGUS BODRONOLO



JAKA SANGKRIP

Jaka Sangkrip adalah anak Kyai Hanggayuda , karena sejak kecil ia menderita penyakit Ketrapen "puru" ia tidak disenangi keluarganya. pada waktu berumur 16 s/d 17 tahun ia meninggalkan Kutawinangun dan berguru kepada Kyai Amat Yusuf di desa Bojongsari dan memakai nama samaran Surawijaya dan termasuk murid yang luar biasa. Setelah selesai berguru lalu meninggalkan desa Bojongsari menuju desa Selang dan berguru ngaji kepada Kyai Jaiman. Di masa mudanya Jaka Sangkrip atau Surawijaya senang melakukan tapa brata dan menolong orang antara lain yaitu :

  • Di desa Prajutan Surawijaya melakukan tapa di bawah pohon "benda", tapa Ngluwat (berkubur diri). karena kesaktiannya ia dapat menyembuhkan penyakit lumpuh yang dialami Keluarga Nalagati.
  • Di Karangbolong saat melakukan tapa di Gua Menganti ia mendapat wasiat cemeti (cambuk), dan di hutan Moros ia bertemu Kumbang ali-ali (roh halus) yang selalu membantu kesulitan Surawijaya dengan cara menjelma menjadi kera putih.
  • Di Gunung Brecong bertapa dengan mengikuti peredaran matahari pagi hari menuju ke timur, sore hari menuju ke barat, selama 15 hari.
  • Di Pantai Selatan bertapa menimbun diri di dalam pasir.


Setelah bertapa lalu menuju ke Gunung Bulupitu dan memperistri ratu jun bernama Nawangwulan. atas nasihat istrinya itu ia lalu pulang ke Kutawinangun dan diberi senjata" Kyai Naracabala".

Pada waktu itu Kutawinangun diduduki oleh Demang Prawiragati sedangkan Kyai Hanggayuda bersembunyi di Ngabean.
http:// kebumenkab .go.id


NAMA-NAMA TUMENGGUNG/ADIPATI /BUPATI

YANG PERNAH MEMIMPIN KEBUMEN
         
NO
N A M A
TAHUN
NAMA DAERAH
FOTO
1
PANEMBAHAN BODRONOLO 1642-1657 PANJER  
2 HASTROSUTO 1657-1677 PANJER  
3 KALAPAKING  I 1677-1710 PANJER  
4 KRT.KALAPAKING  II 1710-1751 PANJER  
5 KRT.KALAPAKING  III 1751-1790 PANJER  
6 KRT.KALAPAKING  IV 1790-1833 PANJER  
7 KRT. ARUNGBINANG IV 1833-1861 PANJER  
8 KRT. ARUNGBINANG IV 1861-1890 KEBUMEN  
9 KRT. ARUNGBINANG IV 1890-1908 KEBUMEN  
10 KRT. ARUNGBINANG IV 1908-1934 KEBUMEN  
11 KRT. ARUNGBINANG IV 1934-1942 KEBUMEN  
12 R. PRAWOTOSOEDIBYO.S 1942-1945 KEBUMEN  
13 KRT. SAID PRAWIROSASTRO 1945-1947 KEBUMEN
14 RM. SOEDJONO 1947-1948 KEBUMEN
15 R.M. ISTIKNO SOSROBUSONO 1948-1951 KEBUMEN
16 R.M. SLAMET PROJORAHARDJO 1951-1956 KEBUMEN
17 R. PROJOSUDARTO 1956-1961 KEBUMEN
18 R. SUDARMO SUMOHARDJO 1961-1963 KEBUMEN
19 R.M. SUHARJO NOTOPROJO 1963-1964 KEBUMEN
20 DRS. R. SOETARJO KOLOPAKING 1964-1966 KEBUMEN
21 R. SUYITNO 1966-1968 KEBUMEN  
22 MASHUD MERTOSUGONDO 1968-1974 KEBUMEN
23 R. SOEPENO SURYODIPROJO 1974-1979 KEBUMEN
24 Drs. H.DADIYONO YUDOPRAYITNO 1979-1984 KEBUMEN
25 DRS. ISWARTO 1984-1985 KEBUMEN  
26 H. M.C. TOHIR 1985-1990 KEBUMEN
27 H. M. AMIN SOEDIBYO 1990-1995 KEBUMEN  
28 H.M. AMIN SOEDIBYO 1995-2000 KEBUMEN
29 Dra. RUSTRININGSIH 2000 - 2005 KEBUMEN
30 Dra. Hj. RUSTRININGSIH, M.Si 2005 - 2008 KEBUMEN
31 K.H.M NASHIRUDDIN AM 2008-2010 KEBUMEN
31 H. BUYAR WINARSO, SE 2010-.... KEBUMEN

CILACAP AKAN SEGERA MILIKI REGULASI TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Written By abah lc on Thursday, March 1, 2012 | 10:38 AM

Perkembangan dan pertumbuhan menara telekomunikasi di Cilacap sangat pesat. Hingga saat ini tercatat 231 menara telekomunikasi yang tersebar di 24 Kecamatan. Keberadaan menara tersebut, tentunya berdampak pada pada tata ruang wilayah. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian agar pemanfaatan ruang mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat Kabupaten Cilacap.
Hal tersebut dikemukakan, Kepala Dishub Kominfo Kabupaten Cilacap, Drs. Dian Setyabudi, MM, dihadapan para operator telekomunikasi pada rapat sosialisasi rancanagan perda tentang retribusi pengendalian menara, Kamis (23/02) lalu di gedung Jalabumi Cilacap.
Sosialisasi disamping dihadiri para operator telekomunikasi, juga dihadiri Ketua Komisi C DPRD Kustiwa, dan SKPD terkait.
Lebih lanjut Dian menyampaikan, mensikapi perkembangan kemajuan tehnologi informasi tersebut, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diperlukan suatu kesamaan pemahaman Pemkab dengan para operator, tentang perlunya regulasi dalam pengendalian menara telekomunikasi.
Untuk itu dalam waktu dekat, Pemkab Cilacap akan segera mengajukan Raperda tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi kepada DPRD Kabupaten Cilacap untuk dibahas dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. (hromly)

HUMAS CILACAP.   http:// humascilacap .info

Fakultas Pertanian UNSOED Alami Kelonjakan Peminat Calon Mahasiswa di Saat Trend Studi Pertanian di Indonesia Cenderung Menurun

“ ….  orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman  (Koes Plus) “
Lirik lagu lawas yang dipopulerkan oleh band legendaris Indonesia di era 60-70’an ini, seolah ingin menggambarkan betapa Indonesia dianugrahkan bumi yang subur dan menjanjikan kualitas kehidupan dari hasil olahannya. Namun, bila kita menyimak rubrik pendidikan di majalah berita mingguan nasional Gatra Edisi 22 Pebruari 2012 yang bertajuk  ‘Negeri Agraris Minus Minat Pertanian’ seolah mengingatkan kita akan kenyataan bahwa justru di negeri yang kerap menahbiskan dirinya sebagai bangsa berbudaya pertanian, namun justru kehilangan pesonanya bagi para anak bangsa untuk menuntut ilmu  dan mendalami ilmu pertanian itu sendiri. Mengutip Pembantu Rektor Bidang Akademik Institut Pertanian Bogor, Yonny Koesmaryono, bahwa persepsi akan pertanian yang identik dengan lumpur, kumur dan tidak menyejahterakan memberi kontribusi pada minat generasi muda di republik ini untuk studi di pertanian. Bahkan menyitir Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan & Kebudayaan RI, Djoko Santoso,  terdapat trend menurun selama lima tahun ke belakang.  Peneliti dari IPB yang juga Guru Besar Ilmu Hama & Penyakit Tanaman, Prof. Safrida Manuwoto mengungkapkan, bahwa ketersediaan lapangan kerja, pertimbangan karir, gengsi, status sosial dan besarnya pendapatan adalah hal-hal yang turut menyumbang kemerosotan minat studi calon mahasiswa dalam ilmu pertanian di Indonesia, khususnya dalam kurun waktu 2003-2008 sekitar - 4,7 %.
Bagaimana dengan Ilmu Pertanian di UNSOED ? Berdasarkan data tahun 2011, jumlah peminat masuk program studi sarjana bidang ilmu pertanian, yakni Agroteknologi, Agribisnis, Teknik Pertanian serta Ilmu & Teknologi Pangan, menunjukkan kecenderungan laju kenaikan 35,5 % di mana Program Studi S1 Agroteknologi mengalami kenaikan sebesar 59,2 %, Agribisnis (37,9 %), Teknik Pertanian (20,7 %) serta Ilmu & Teknologi Pangan (24,3 %).  Menariknya, meski terjadi kenaikan minat, namun Fakultas Pertanian UNSOED sebagai pengelola studi ilmu-ilmu tersebut , tetap  berkomitmen dalam  menjaga kualitas kompetitif calon mahasiswa. Hal ini terlihat dengan rata-rata hanya 9,37 % yang diterima dari total peminat 4639 calon mahasiswa. 
Realitas ini sesungguhnya patut mendapatkan apresiasi. Di saat kecenderungan secara nasional menunjukkan trend menurun,   Fakultas Pertanian UNSOED  berhasil menunjukkan eksistensinya sekaligus menjaga ruh dari negeri agraris ini. Terlebih pula sejalan dengan identitas  UNSOED sebagai pusat keunggulan dalam pengembangan sumberdaya pedesaan berkelanjutan.  Namun demikian, fenomena ini juga sekaligus tantangan bagi setiap akademisi dalam bidang pertanian di UNSOED untuk senantiasa mengakselerasi, mengembangkan kualitas  proses pembelajaran dan mutu pendidikan serta memperluas jejaring dalam mengedukasi publik, baik calon siswa maupun pengguna lulusan, untuk memastikan keterjaminan eksistensi insan-insan Pertanian Universitas Jenderal Soedirman di masyarakat sebagai sosok-sosok yang membanggakan dan dapat diandalkan.
Sebagai informasi, saat ini, Fakultas Pertanian UNSOED didukung oleh 5 Guru Besar, 34 Doktor, 112 Magister/Master & 2 Sarjana, dan mengasuh 4 Program Studi S1 & 2 Program Studi D3, yakni S1 Agroteknologi, S1 Agribisnis, S1 Ilmu & Teknologi Pangan serta S1 Teknik Pertanian. Sedangkan dua program studi ahli madya yang diasuh adalah D3 Agrobisnis dan D3 Perencanaan Sumberdaya Lahan.  Program Sudi S1 Agroteknologi memiliki Akreditasi ‘A’ dengan keunggulan di bidang perencanaan, perancangan, pengembangan dan evaluasi produksi tanaman dan sistem budidaya pertanian. Selain itu, dukungan infrastruktur  laboratorium yang representatif , seperti Laboratorium Agronomi & Holtikultura, Pemuliaan Tanaman & Bioteknologi, Ilmu Tanah & Sumberdaya lahan, Perlindungan Tanaman, Manajemen Agribisnis, Perencanaan & Pengembangan Sumberdaya, Teknologi Pengolahan, Manajemen Agroindustri, Pangan & Gizi serta Mekanisasi Pertanian
Berkaitan dengan penerimaan mahasiswa baru,  pada tahun 2012, Fakultas Pertanian menerima 82 mahasiswa baru tanpa melalui seleksi ujian tulis atau SNMPTN Undangan  yang terdiri dari 40 kursi untuk Agroteknologi, (16) Agribisnis, (14) Ilmu & Teknologi Pangan dan (12) Teknik Pertanian.Sedangkan melalui Jalur SNMPTN Ujian Tulis 2012, Fakultas Pertanian menerima  164 mahasiswa baru yang terdiri dari 80 kursi untuk Agroteknologi, (32) Agribisnis, (28) Ilmu & Teknologi Pangan dan (24) Teknik Pertanian
Proficiat Fakultas Pertanian UNSOED ! Maju Terus Pantang Menyerah (Wis)
http://www. unsoed. ac.id

Data Pejabat Baru Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas

Written By abah lc on Thursday, February 23, 2012 | 1:13 AM

1.   KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS
Drs. PURWITO, M. Hum
Pembina Utama Muda, IV/c
NIP. 19570427 198503 1 009
2.   SEKRETARIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS
PARDIYONO, SH
Pembina, IV/a
NIP. 19651107 199303 1 007
3.   KASUBBAG UMUM
WAHYU ADHI FIBRIANTO, S.STP
Penata  Tk. I, III/d
NIP. 19780220 199612 1 001
4.   KASUBBAG BINA PROGRAM
WICKY SRI ERLANGGA ADITYA, S.Sos., M.Si.
Penata, III/c
NIP. 19770312 199803 1 003
5.   KASI SARPRAS DIKMEN
ICHYA MAHLUQIE, ST.
Penata Muda Tk. I, III/b
NIP. 19800928 200502 1 006
6.   KABID DIKDAS
Drs. EDY RAHARDJO
Pembina, IV/a
NIP. 19610309 198012 1 003
 dindikbanyumas .net

Entertainment

Lifestyle

Budaya

Perdagangan

Pendidikan

 
Support : Copyright © 2011. purwokerto dan sekitarnya - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger